Senin, 21 Februari 2011

Indonesia Belajar Ketahanan Pangan dari China

Komoditas pangan terutama beras menjadi perhatian pemerintah

Pemerintah merancang sejumlah strategi jangka pendek dan menengah untuk mensukseskan program ketahanan pangan nasional. Untuk mencapai tujuan program tersebut, pemerintah tidak segan-segan belajar dari negara lain.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida S Alisjahbana, mengatakan ketahanan pangan menjadi prioritas pemerintah. Bukan hanya beras, beberapa komoditas pangan strategis seperti beras, jagung, kedelai, dan gula menjadi perhatian pemerintah.

"Komoditas pangan terutama beras menjadi perhatian kami. Dampak perubahan cuaca juga harus diwaspadai," kata Armida di Jakarta, Jumat, 18 Februari 2011.

Pemerintah, menurut dia, menargetkan kenaikan produksi beras sebesar lima persen dibanding tahun lalu. Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan sejumlah strategi jangka pendek dan menengah.

Armida menjelaskan, untuk strategi jangka pendek, pemerintah menargetkan pencetakan sawah baru. Pencetakan sawah baru itu akan dilakukan dari lahan telantar.

Selanjutnya, dari areal persawahan yang ada, upaya yang dijalankan adalah melakukan irigasi teknis. Selain itu, pemerintah akan menggunakan bibit atau benih unggul dan pengadaan pupuk. Strategi lainnya adalah mengeluarkan instruksi presiden (Inpres) tentang pangan.

Sementara itu, untuk strategi jangka menengah dan panjang, menurut dia, dengan meningkatkan produktivitas melalui pemanfaatan lahan yang terbatas, di samping program ekstensifikasi lahan. Lahan baru juga diusahakan terus ditambah di daerah tertentu, tetapi sangat selektif seperti di Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun, Armida menjelaskan, jika dibandingkan China, produktivitas beras Negeri Tirai Bambu tersebut sudah 2-3 kali lebih besar dibanding Indonesia. Oleh karena itu, menurut Armida, tidak ada salahnya untuk belajar ke negara lain mengenai teknologi guna meningkatkan produktivitas.

"Kalau ingin meningkatkan produktivitas, tentunya harus ada investasi dari teknologinya. Selain itu harus bisa belajar ke China, Vietnam, dan Thailand," kata Armida. (sj)

Sumber: VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar